Bersyukur adalah suatu istilah yang sudah sangat akrab di telinga kita. Namun, apakah pemahaman kita tentang arti bersyukur itu sudah merasuk pula dalam jiwa kita?
Dari ilustrasi ini, dapat ditarik
kesimpulan umum bahwa, bila ‘si pemberi
nikmat’ dibuat kecewa oleh tindakan kita, tentunya ia tidak mau menolong atau memberi sesuatu lagi kepada kita.
Sekarang, marilah kita
introspeksi untuk menghitung-hitung nikmat yang telah diberikan Allah kepada
kita selama ini. Berapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita
tetapi tidak diberikan kepada orang lain. Apakah pemberian dari manusia yang
melebihi nikmat yang diberikan Allah? Hati-hatilah, jangan sampai Nanda
termasuk orang yang dimaksud dalam firman-Nya:
Dan sesungguhnya Allah itu tidak menyukai
orang-orang yang berkhianat dan tidak berterima kasih.
Al-Hajj:38
Bagaimana cara bersyukur atau
berterima kasih kepada Allah? Caranya yaitu pertama, menyadari nikmat-nikmat
yang telah kita terima selama ini dengan diiringi rasa terima kasih yang dalam
atas kemurahan-Nya kepada kita; kemudian kedua, (yang terpenting), melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat membuat-Nya senang. Allah senang bila kita taat
pada perintah-perintah-Nya, seperti misalnya: shalat, berserah diri, sabar
waktu ditimpa musibah atau sabar waktu diperlakukan zalim oleh orang,
meninggalkan perbantahan sedangkan kita merasa benar, berlaku baik kepada
orang, menolong orang yang sedang berkesusahan, tidak iri hati/dengki, tidak takabur/sombong,
tidak riya/pamer, membantu dalam pekerjaan keluarga, tidak menyakiti hati orang
lain dan tidak memutuskan persaudaraan, menjauhkan diri dari sikap amarah,
berlaku bijaksana waktu disakiti orang, selalu memohon ampun bila terlanjur
melakukan pembangkangan, tidak bergunjing/membicarakan aib orang lain, tidak
berburuk sangka, tidak berlaku zalim (baik zalim tindakan, ucapan, pikiran),
selalu senyum, memaafkan orang yang menganiaya kita, selalu ingat Allah,
(diwaktu duduk, berjalan dan berbaring), mendamaikan permusuhan, memuliakan
tamu, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengajak orang ke jalan Allah,
memenuhi janji, berlaku baik terhadap tetangga, mengeluarkan zakat atau
sedekah, tidak kikir, menjaga kebersihan, mendo’akan orang tua, tidak durhaka
kepada orang tua, berlaku lemah lembut kepada pembantu, mengantarkan jenazah,
menuntut ilmu, menyantuni anak yatim, melaksanakan haji, tidak melakukan
syirik, bekerja dan lain-lain sebagainya.
Bila kita menyenangkan ‘Sang
Pemberi Nikmat’, maka ia akan tambahkan nikmat-Nya kepada kita. Karena itulah
Allah mengatakan, barangsiapa yang bersyukur kepada-Ku, maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri [Lukman:12], dan Allah tidak akan menyiksa
orang yang bersyukur [An-Nisaa’:147]. Bahkan di ayat lain Allah memberikan
jaminan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku sesungguhnya
azab-Ku amat pedih.
Ibrahim:7
Ketika Rasulullah saw. Beribadah
sampai kaki beliau bengkak-bengkak, Sayidah Aisah istrinya berkata, ‘Wahai
Rasulullah, mengapa engkau beribadah sampai seperti itu, bukankah Allah telah
mengampuni segala dosamu?’ Rasulullah menjawab, “Tidakkah engkau suka aku
menjadi hamba Allah yang bersyukur?
Cara bersyukur yang diuraikan
diatas adalah bersyukur dalam arti yang terus menerus. Ada juga bersyukur dalam artian sesaat.
Misalnya, suatu ketika kita memperoleh rezeki yang berupa harta. Maka langkah
bersyukur yang pertama adalah, dengan perasaan ‘tawadhu’ (rendah diri) ucapkanlah
Alhamdulillaah…, kemudian gunakan sebagian harta yang diperoleh itu untuk
menyenangkan Allah, misalnya dengan bersedekah, memberi makan fakir miskin,
membantu pembangunan mesjid, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Bersyukur yang benar itu harus
mencerminkan 2 macam tindakan yang saling terkait. Yaitu secara batiniah
mengagungkan yang memberi nikmat, dan secara lahiriah melakukan perbuatan/amal
yang dapat membuat ‘si pemberi nikmat’ itu merasa senang [karena yang memberi
nikmat pada kita itu adalah Allah, maka kita harus membuat Dia senang, yaitu
dengan jalan taat/patuh mengerjakan segala kehendak-kehendak-Nya
Ciri orang yang bersyukur adalah
ia takut mengerjakan perbuatan yang tidak disenangi Allah dan ia pun taat
mengerjakan perintah-Nya, karena ia menyadari Allah telah memberinya berbagai
macam nikmat. Terngiang-ngiang selalu dihatinya peringatan Allah
…Dan sedikit-sedikit dari hamba-hamba-Ku yang
berterima kasih
Saba ’:13
Baginya mengerjakan perbuatan
yang tidak disenangi Allah ataupun membangkang kepada-Nya dengan tidak
melaksanakan perintah-perintah-Nya, sama artinya dengan tidak berterima kasih
atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya.
Hendaknya kita selalu membiasakan
berfikiran positif terhadap apapun yang terjadi, karena berfikiran negatif
menghalangi untuk bersyukur. Berfikiran negatif akan melupakan kita kepada
nikmat yang telah kita terima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar